Happy Weekend guys, semoga tulisanku ini bisa menemani hari weekend teman-teman semua.
Ok jadi sesuai judulnya, blog kali ini berisikan kasus yang pernah menggemparkan se-Singapura pada tahun 2004. Seorang anak kecil bernama Huang Na hilang selama 90 hari.
Ada banyak relawan yang turut ikut mencari Huang Na dengan menyebarkan poster-poster Huang Na, bahkan dibantu juga oleh negeri tetangga. Relawan dari Malaysia juga ikut mencari dengan menyebarkan poster-poster di Johor Baru dan Kuala Lumpur.
Gimana awal mula cerita dan siapa dalang dalam kasus ini? check it out>>
latar belakang Huang Na

Huang Na lahir pada 26 Sept 1996 seorang gadis kecil berkebangsaan Tiongkok.
Bertepatan pada tahun Huang Na lahir, ayah Huang Na meninggalkan Tiongkok untuk mencari penghasilan di Singapura.
Ketika ibu Huang Na, Shuying mengetahui suaminya memiliki urusan di Singapura, Shuying menceraikan suaminya dan mendapat hak asuh Huang Na.
Tidak lama setelah itu, Shuying menikah lagi dan mengandung anak dari pria yang dinikahi pada tahun 2003.
Nah seperti ibu-ibu pada umumnya yang ingin anaknya sukses dalam dunia pendidikan dan mendapatkan pendidikan yang baik, Shuying dan Huang Na berimigrasi ke Singapura pada tahun 2003 dan Huang Na disekolahkan di SD Jin Tai.
Di Singapura, mereka tinggal di Pusat Grosir Pasir Panjang tepat di tempat Shuying bekerja.
Di sana, Huang Na berkawan baik dengan seorang pria bernama Took Leng How kelahiran 1981 (pada saat itu berumur 22 tahun) asal Malaysia yang berprofesi sebagai tukang pengemas sayuran di situ. Mereka akrab banget sampe Took Leng How sering memberikan Huang Na makanan dan memboncenginya jalan-jalan.
Huang Na bahkan menganggap Took Leng How sebagai pamannya sendiri.
Hilangnya Huang Na
Pada Sept 2004, sehari sebelum Huang Na ulang tahun yang ke-8 tahun, ibu Huang Na harus kembali ke Tiongkok selama 2 minggu.
Huang Na ditinggal di sebuah ruangan kecil di lantai atas pusat grosir Pasir Panjang.

Huang Na dikenal sebagai anak yang berani, cerdas, dan mandiri. Ia mandi di toilet umum, berangkat sekolah sendiri, bahkan kadang ia memasak untuk dirinya sendiri dan dibagikan ke tetangga.
Pada 10 Oktober 2004, Huang Na menelfon ibunya via telfon umum untuk membelikannya kamus inggirs yang elektronik alias Alfa link dan juga ia meminta ibunya membelikannya sepasang sandal.
Mereka bertelefon selama 6 menit, dan siapa sangka bahwa itu ialah terakhir kalinya Shuying dapat berbicara dengan anaknya dan itu juga terakhir kalinya Huang Na terlihat di dekat Pusat Grosir Pasir Panjang dengan keadaan barefoot, menggunakan jaket denim dan celana bermuda.
Setelah dikabarkan bahwa Huang Na telah hilang, Shuying terbang ke Singapura dan menyisir segala tempat untuk mencari anaknya. Ia bahkan mencari ke tempat kontruksi dan parit. Ia membawa foto Huang Na dan menanyakan ke orang-orang sekitarnya.

Pada saat itu, Shuying mendengar keponakannya mengatakan bahwa ia bermimpi melihat Huang Na di Gunung Faber. Tanpa mikir panjang, Shuying langsung daki gunung Faber dan bukit Timah untuk mencari Huang Na.

Namun Huang Na tidak ditemukan juga.
Shuying masih tidak habis fikir kenapa ada yang ingin mencelakain anaknya. “Aku bekerja disini untuk mencari uang buat biaya sekolah anak saya. kami menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja, aku tidak bermusuhan dengan siapapun dan juga tidak pernah menyinggung orang” kata Shuying
–
Kabar berita menghilangnya Huang Na mulai terekspos di koran setelah 14 hari menghilangnya Huang Na, pastinya polisi juga ikut turun tangan mencari informasi kesana kesini untuk mengetahui keberadaan terakhir Huang Na.
Ada seorang pegawai coffeshop yang mengatakan bahwa ia melihat Huang Na terakhir kali dan ketika itu Huang Na sedang berjalan. Pegawai coffeshop menanyakan kepada Huang Na kenapa ia tidak memakai sandal, Huang Na hanya tersenyum dan pergi.
Polisi bahkan mencari Huang Na ke tempat-tempat favourite Huang Na seperti taman West Coast dan IMM. Rumah sakit dan perusahaan transportasi juga ikut mengawasi keberadaan Huang Na.
Seperti yang telah aku singgung di atas, banyak sekali relawan yang turun tangan dalam mencari Huang Na. Seorang pebisnis umur 60 tahunan menawarkan $10.000 atau sekitar 100 jutaan untuk orang yang dapat menemukan Huang Na. Bahkan ada relawan yang juga menambahkan $5.000.
Perusahaan-perusahaan Taxi juga ikut menyebarkan poster Huang Na.

Selangkah ke Pengungkapan Pelaku

Pada 20 Oktober 2004, Polisi menanyakan kepada Took Leng How sebagai bagian dari penyelidikan. Took mengatakan bahwa ia melihat ada 3 pria yang menculik Huang Na. Setelah mewawancarai Took, polisi menggeledah rumahnya dan membawanya ke kantor untuk cek kebohongan.
Di tengah perjalanan, mereka singgah di sebuah restoran di Pasir Panjang untuk makan sejenak. Saat itu si Took meminta izin kepada para polisi untuk pergi ke toilet. Namun bukannya ke Toilet, Took malah kabur. Ia menaiki taksi menuju jalan penghubung ke Malaysia.
Orang-orang yang berada di sekitar pusat grosir mengatakan bahwa Took dan Huang Na sangatlah dekat dan juga Took sering memboncengnya, namun iya benar Took merupakan orang yang terakhir bersamanya.
Ibunda Huang Na, Shuying tidak mempercayai Took sebagai pelakunya lantaran anak perempuannya aja memanggil Took “shu-shu” atau paman.
“Aku ga percaya dia yang membawa anakku. Dia ga punya alasan untuk itu. Dia sangat menyukai anakku, dia selalu membelikan makanan untuk anakku, tapi gak pernah membawanya keluar dari pasar, aku tau dia ga akan melukai putriku”
Bapaknya Took yang berumur 52 tahun di Penang, yang menjual kwetiau goreng di kedai kopinya, mengatakan bahwa anaknya yang merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, telah menelfonnya dan mengatakan bahwa bukan dirinya yang telah menculik Huang Na. “Dia hanya lari ke Malaysia karena terbebani oleh polisi Singapura” lanjut kata bapaknya.
Istri Took yang bernama You Li, juga mengatakan bahwa Took sedang berada di Johor dan ia mengatakan bahwa seseorang yang telah menculik Huang Na.
Abang Took juga mengatakan bahwa Took merupakan pria yang “pemalu” yang mana tidak punya nyali untuk minjam duit ke orang atau terlibat dalam suatu perkelahian, apalagi sampai menculik Huang Na.
Pengungkapan Pelaku dan Penemuan Huang Na
Sembilan hari setelah kaburnya Took, akhirnya Took menyerahkan diri ke polisi Penang dan dibawa kembali ke Singapur pada 30 Oktober 2004.
Took mengatakan bahwa ia kabur ke Malaysia untuk bertemu dengan anaknya yang ber usia 14 bulan tapi tidak berhasil ketemu. “sembilan hari itu seperti neraka, apa bagusnya sembunyi sana sini? paparnya
–

Pada 31 Oktober, beberapa minggu setelah menghilangnya Huang Na, tim polisi yang terdiri dari 20 orang dan pelacak menyebar ke lereng-lereng bukit Telok Blangah sesuai informasi yang didapati dari Took.

Setelah 30 menit pencarian, mereka menemukan sebuah kotak berukuran 50cm x 40cm x 30cm. Kotak yang biasa dipakai di Pusat Grosir Pasir Panjang ini disegel dengan selotip namun tetap saja bau busuk masih tercium.

Didalam kotaknya, ada tubah telanjang seorang anak perempuan yang dipaksakan untuk masuk ke dalam kotak yang hanya sebesar setengah dari badannya.
Badannya sudah sangat teruai sehingga pihak forensik harus dengan cepat melakukan analisa. Namun ibu Huang Na yakin bahwa itu merupakan putrinya dari visualnya dan bener itu merupakan jasad dari Huang Na.
Kabar kematian Huang Na sangat mengejutkan dan membuat masyarakat Singapur sedih.
Lebih dari 1.000 orang mengikuti upacara kremasi Huang Na.

Tutup peti Huang Na ditutupi oleh mainan atau boneka kesukaan Huang Na, yaitu Hello Kitty dan sisi-sisinya diplaster dengan stiker Hello Kitty. Para pelayat membawakan banyak snacks dan coklat kesukaan Huang Na. Huang Na dikremasikan di Mandai.
Bagaiamana Took menjalankan aksinya

Berdasarkan kasus penuntutan, rekan Took mengatakan bahwa ia terakhir melihat Took berjalan dengan Huang Na di area pergudangan dengan sebungkus mangga di tangannya.
Para pekerja disana sempat kebingungan kenapa Took berkeliaran di dekat Pusat Grosir padahal itu di hari minggu yang notabenenya ga banyak kerja.
Sekitar pukul 1.40 pm, Took merayu Huang Na untuk bermain petak umpet didekat gudang dan menawarkan mangga untuk Huang Na. Dan bener saja pada saat tubuh Huang Na di autopsy, ditemukan sisa-sisa mangga.
Kemudian setelah itu, Took menelanjangi Huang Na, mengikatnya dengan tali rafia, dan melecehkannya secara seksual.
Untuk memastikan Huang Na tidak membeberkan perlakuan Took, Took membekap hidung dan mulut Huang Na selama 2 menit hingga tubuh Huang Na lemas.
Untuk memastikan Huang Na telah meninggal, Took menendang tubuhnya sebelum membungkus tubuhnya ke dalam 9 lapis kantong plastik.
Setelah itu, Took memasukkan kantong plastik tersebut ke dalam kotak kardus dan dilekat dengan perekat.
Pada saat kejadian itu, matahari masih terik sehingga sangat beresiko untuk Took membawa kardusnya keluar. Jadi Took beristirahat dulu sampai pukul 5.30 pm.
Pukul 5.30pm pun tiba, Took meminjam motor temannya untuk pulang ke rumah di Telok Blangah dan menonton TV.
Lalu ketika pukul 8 malam telah tiba, Took kembali ke pergudangan tempat Huang Na di umpet, dan mengikat kardusnya di belakang motornya, dan membawanya ke bukti Telok Blangah tempat ia membuang jasad Huang Na.
Setelah itu, jam 9 malam ia mengembalikan motor temannya, dan sejam setelahnya wali Huang Na, Madam Li Xiu Qin, membuat laporan ke polisi atas hilangnya Huang Na.
–
Pembuktian dari hasil forensik memegang peran besar dalam persidangan.
Pihak analisi juga menemukan bahwa isolatip yang ada di kardus sama dengan isolatip yang ada di pergudangan, serta juga ditemukan sidik jari Took di selotip.
Rekan-rekan Took sering melihat Took memarahi Huang Na dan bahkan memukulnya.
“Huang Na sangat berisik sampai saya gak bisa tidur” pembelaan Took
Pengadilan dan Hukuman Took

Pada 27 Agustus 2005, Hakim menyatakan Took bersalah dan akan dijatuhi hukuman mati. Dalam pengadilannya, Hakim mengatakan bahwa Took tidak memiliki riwayat mental tak normal, dan Hakim juga mengatakan kasus ini tidak perlu menentukan motif dari pembunuhan tersebut atau apakah kekerasan seksual telah terjadi.

Took juga mengajukan banding terhadap hukuman matinya, bahkan ia juga meminta pengampunan kepada presiden Singapura namun tetap di tolak dan dijatuhi hukuman mati.
Took di hukum gantung di penjara Changi pada 3 Nov 2006.
the end of the Story
Shuying kembali ke Putian, Tiongkok bersama suaminya. Pada January 2007, aktor Jack Neo berniat membuat sebuah film mengenai pembunuhan tersebut namun ditolak oleh pihak keluarga. Kemudian dikabarkan bahwa tahun 2009 Shuying telah melahirkan dua anak lainnya dan sedang menjalankan bisnis distribusi sepatu di Taiwan.
Dari penulis
Aku harap kita engga gampang percaya sama orang. Selalu mikirin sesuatu ke sisi “the worst” juga engga ada salahnya.
and last words, thanks untuk teman-teman yang udah baca, ditunggu cerita selanjutnya. dadahh!
Sumber